Entri Populer

Selasa, 23 Agustus 2011

INFO MURAI BATU

 MURAI BATU
Burung murai batu (Copychus malabaricus) adalah anggota keluarga Turdidae. Burung keluarga Turdidae dikenal memiliki kemampuan berkicau yang baik dengan suara merdu, bermelodi, dan sangat bervariasi. Ketenaran burung murai batu bukan hanya sekedar dari suaranya yang merdu, namum juga gaya bertarungnya yang sangat aktraktif.
+Habitat

Jenis-jenis murai batu yang dikenal di Indonesia adalah sebagai berikut:
  • Murai batu medan, Bukit Lawang, Bohorok, kaki G Leuser wilayah Sumatra Utara. Panjang ekor 27 – 30 cm.
  • Murai Aceh, di kaki G Leuser wilayah Aceh. Panjang ekor 25 – 30 cm.
  • Murai batu Nias, panjang ekor 20 – 25 cm. Ekor keseluruhan berwarna hitam.
  • Murai Jambi, hidup di Bengkulu, Sumatra Selatan, Jambi.
  • Murai batu Lampung, hidup di Krakatau, Lampung. Ukuran tubuh lebih besar dari Murai Medan. Panjang ekor 15 – 20 cm.
  • Murai Banjar (Borneo), jenis ini paling populer di Kalimantan, karena sering merajai berbagai lomba di Kalimantan. Penyebaran di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Panjang ekor 10 – 12 cm.
  • Murai Palangka (Borneo), panjang ekor 15 – 18 cm. Hidup di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.
  • Larwo (Murai Jawa), hidup di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Tubuh jauh lebih kecil dari murai medan. Jenis ini sudah sangat langka ditemukan. Panjang ekor 8 – 10 cm.
Selain dari 8 sub-spesies murai batu di atas, masih ada murai batu yang berasal dari negeri tetangga, yaitu :
  1. Murai batu Malaysia, wilayah Penang. Ekor tipis dan panjang sekitar 30 – 33 cm dan postur tubuh lebih besar dari murai medan.
  2. Murai batu Thailand, hidup di perbatasan Thailand dan Malaysia, tubuh lebih besar dari murai medan, panjang ekor 32 – 35 cm dan warna hitam mengkilat indigo (kebiru-biruan).
  3. Murai batu Philippine, wilayah Luzon dan Catanduanes. Jenis ini lebih tepat disebut murai hias, karena memiliki warna tubuh yang sangat indah.
Murai batu serta kerabatnya dikelompokkan dalam beberapa species, sebagai berikut:
  1. Copsychus malabaricus (White Rumped Shama),
  2. Copsychus luzoniensis (White Browed Shama),
  3. Copsychus niger (White Vented Shama)
  4. Copsychus cebuensis (Black Shama).
  5. Trichixos pyrropygus (Orange Tailed Shama / Rufous Tailed Shama) .
Subspecies, ciri-ciri dan penyebarannya
A. Copsychus malabaricus (White Rumped Shama) terdiri dari 19 sub-species:
  1. Copsychus interpositus (Nepal, India, Myanmar, Yunan -China, Thailand dan Indochina)
  2. Copsychus stricklandii (Sabah, Kalimantan)
  3. Copsychus andamanensis (Andaman, Nicobar)
  4. Copsychus albiventris (Andaman)
  5. Copsychus indicus (Nepal, Indochina)
  6. Copsychus pellogynus (Myanmar, Peninsular)
  7. Copsychus minor (Hainan-China)
  8. Copsychus mallopercnus (Malaysia)
  9. Copsychus javanus (Jawa Barat dan Jawa Tengah)
  10. Copsychus omissus
  11. Copsychus barbouri (Maratua, Kalimantan Timur)
  12. Copsychus leggei (Sri Lanka)
  13. Copsychus malabaricus (India)
  14. Copsychus macrourus (Con Son, Vietnam Selatan)
  15. Copsychus tricolor (Malaysia, Sumatra, Natuna Island dan Anamba)
  16. Copsychus melanurus (Sumatra bagian Barat, Enggano)
  17. Copsychus suavis (Sarawak, Kalimantan)
  18. Copsychus mirabilis (Prinsen Island)
  19. Copsychus nigricauda (Kangean Island)
B. Copsychus luzoniensis (White Browed Shama) terdiri dari 4 subspecies, yaitu :
  1. Copsychus luzoniensis (Luzon, Catanduanes)
  2. Copsychus parvimaculatus (Polillo)
  3. Copsychus shemleyi (Marinduque)
  4. Copsychus superciliaris (Masbate, Negros, Panay, Ticao).
C. Copsychus niger (White Vented Shama): Tersebar di Palawan, Calamian, Balabac, Sabang (all in Philippines).
D. Copsychus cebuensis (Black Shama): Hidup di wilayah Cebu Philippines.
E. Trichixos pyrropygus (Orange Tailed Shama / Rufous Tailed Shama): Penyebaran di Way Kambas, Thailand, Malaysia dan Borneo.

SUARA BURUNG MURAI ANDA PELAN??? IKUTI TRIK BERIKUT...
Cara memaster burung yang paling efektif memang memakai suara isian asli entah itu burung jenis lain, belalang, jangkrik dll. Namun, memaster dengan kaset/cd akan memberikan hasil yang lebih bagus jika kita memasternya dengan benar. Memaster burung pakai suara kaset/cd jelas lebih murah dan praktis. Hanya saja, selama ini banyak di antara kita yang memasternya secara salah sehingga burung yang kita master malah drop (takut suara master); atau suara pelan nyaris kayak ngriwik; atau membuat stres orang yang mendengar suara masteran dari tape recorder secara terus-menerus dll.
Untuk itu perlu dilakukan cara-cara sbb:
Jika Anda punya kaset masteran, maka putarlah kaset masteran (suara burung/jangkrik/belalang atau apapun) itu sekitar 20 hitungan (l.k. 20 detik) setelah itu pencet panel rec./recording selama 15 menit (artinya, suara selama 15 menit berikutnya dihapus/dikosongkan), setelah itu lepas panel rec./recording, dan biarkan berbunyi lagi selama 20 hitungan, dan setelah itu pencet lagi panel rec./recording selama 15 menit, begitu seterusnya sampai 1 side kaset habis. Kaset dibalik, dan lakukan hal yang sama untuk side itu.
Dengan memiliki kaset masteran seperti itu, maka jika kita putar pakai tape recorder, suaranya tidak akan terdengar terus-menerus, tetapi hanya bunyi sekitar 20 detik dan setelah itu diam untuk waktu 15 menit, bunyi lagi 15 detik, diam 20 menit, begitu seterusnya. Kalau Anda memutarnya menggunakan tape recorder yang diset nonstop seharian, maka dengan memutar seharian pun burung tidak akan stres. Begitu pula orang yang berada di rumah tidak merasa terganggu. Dan menurut pengalaman, justru kaset masteran semacam itu lebih efektif.
Kalaupun diputar keras-keras (mutlak perlu agar burung yang diisi juga bisa “teriak” ketika mengeluarkan suara sang master dan tidak hanya ngriwik), maka tidak akan mengganggu orang sekeliling yang mana itulah kendala utama kita ketika harus memaster burung dengan kaset di rumah.
Untuk CD pun, pakailah suara CD yang sudah diformat demikian (15 detik bunyi, 15 menit diam).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar